Shila Amzah Archive
Pabilaku lihat senyumanmu Terdetik memori pertemuan kali pertama kita berdua Ada sesuatu tentang kita Kemesraan bersama membuatku alpa Tak pernah terlintas untuk aku kehilanganmu Aku tahu kau juga pun turut rasakan itu Lebarkanlah sayapmu ke pangkuanku Agar bayangan hitamku berlalu
Bermula segala Takbir kan bergema Melihat wajah ayah ibu tercinta Senyum gembira Salam bersalaman pohon kemaafan Sesama kita Seluruh keluarga berkumpul Menyambut hari mulia
Tak pernah ku duga kejamnya hatimu Meninggalkan aku membunuh cintaku Inginku pertaruhkan seluruh ragaku Tuk sambut tanganmu namun ku tak mampu
Senangnya dalam hatiku lihat kau di sisi Dari kejauhan mata namun dekat di hati Kau memelukku indah membisik namaku Kau tanyakan ku soalan yang buat ku terpaku
Aku bukan lemah tanpa cinta Hanya tidak mampu sendiri tanpanya Biarkan aku menangis kerna derita Dia hadir mengubatkan rindu Mengajarkan aku erti cinta Namun semua tidak seindah ku sangka
Biarpun kau tak lagi ada dengan ku Takkan ku bisa melupakan mu Caramu memanggil namaku Terasa seolah kau masih ada Jauh di dalam sanubariku Tak ku relakan pemergianmu Namun ku ‘kan selalu doakanmu Agar kau takkan terus terluka
Kau katakan padaku Betapa lelahnya dirimu menghadapi aku Kau katakan padaku Ingin kau mengakhiri semua ini Tak bisakah engkau cuba Melihat diriku dan semua cintaku Tak bisakah engkau cuba Hargai hatiku dan perasaanku untukmu
Walau kau tiada di sini Ku tetap ingat semua pesanmu Ku hidup seolah-olah kau masih ada Bisikkan kata kepadaku Bilakah kau akan utuskan surat buatku Aku terus menunggu tibanya kata cintamu Patah seribu hatiku Bila mengenangkan segala yang kita bina …
Ku susuri malam ini Yang tidak berbintang sunyi sepi Juga rembulan dah menghilang Dalam kelam ku sendiri Ku mencari hembus bayu Yang selalu berbisik madah rindu Kini membisu dalam sayu Tidak ku temu suaramu
Bilakah kau kan tiba Hari Sabtu jam tiga Tak sabar nak berjumpa Dengan semua teman lama Ku kirim hadiah kota Ku kirim khabar desa Aku di sini (oh oh) Engkau di sana (oh) Tetapi kita masih kita